Sebagian besar masyarakat tentu sudah tidak asing dengan Pasar Tanah Abang. Namun sayangnya tidak banyak yang tahu bagaimana sejarah Pasar Tanah Abang tersebut. Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pusat perbelanjaan grosir yang terbesar di Jakarta.
Tidak hanya itu, Pasar Tanah Abang juga telah mengalami beberapa perubahan sejak dibangun pertama kali hingga saat ini. Pasar Tanah Abang dulu dikenal dengan Pasar Sabtu yang berdiri sejak tahun 1735. Yustinus Vinck adalah sosok yang dikenal sebagai pendiri pasar perdagangan tersebut atas izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patramini.Baru-baru ini Pasar Tanah Abang menjadi perbicangan lantaran pengunjungnya membludak hingga menyebabkan kerumunan. Mengingat, saat ini Indonesia khususnya ibukota, Jakarta masih berperang dengan virus corona dan berusaha menekan angka penyebaran Covid-19.
Terlepas dari berita itu, sejarah Pasar Tanah Abang terbilang cukup panjang. Suara.com membaginya dengan Pasar Tanah Abang tempo dulu dan wajah baru yang sekarang
Tidak hanya dikenal dengan Pasar Sabtu, kabarnya orang-orang Belanda pada saat itu juga memanggil Pasar Tanah Abang dengan sebutan De Nabang. Konon, di sana terdapat banyak pohon nabang atau pohon palem yang tertanam di sekitar kawasan tersebut.
Lalu, masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang. Sementara itu, para Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, bercerita, bahwa Pasar Tanah Abang dulu pernah menjadi pasar hewan, salah satu hewan yang banyak dijual ketika itu adalah kambing.
Selain itu, seorang penulis Abdul Chaer juga turut menggambarkan Tanah Abang dalam bukunya yang berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017). Chaer dalam bukunya menceritakan bagaimana kawasan Tanah Abang yang semula adalah lahan yang rimbun juga asri.
Pada zaman dulu, tanah di Jakarta dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin dari kongsi dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) untuk membuka lahan di Tanah Abang yang kini masuk ke dalam wilayah Jakarta Pusat untuk dijadikan kebun.
mengapa, jika diperhatikan, di kawasan Tanah Abang banyak nama jalan yang diawali dengan kata kebun, yang disesuaikan dengan identitas masa lalunya. Tanah Abang pada saat itu merupakan hamparan perkebunan mulai dari kacang, jahe, melati, nanas, sirih, hingga kebun sayur-mayur. Hingga pada akhirnya Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Namun, setelah lima tahun pasar itu berdiri, tahun 1740 terjadi kerusuhan, Belanda membunuh orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun merek.
Lalu, masyarakat Batavia mulai merubah panggilan pasar tersebut menjadi Tenabang. Sementara itu, para Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan, bercerita, bahwa Pasar Tanah Abang dulu pernah menjadi pasar hewan, salah satu hewan yang banyak dijual ketika itu adalah kambing.
Selain itu, seorang penulis Abdul Chaer juga turut menggambarkan Tanah Abang dalam bukunya yang berjudul Tenabang Tempo Doeloe (2017). Chaer dalam bukunya menceritakan bagaimana kawasan Tanah Abang yang semula adalah lahan yang rimbun juga asri.
Pada zaman dulu, tanah di Jakarta dikuasai oleh Belanda. Pada tahun 1648, seorang kapitan China bernama Phoa Beng Gam meminta izin dari kongsi dagang Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC) untuk membuka lahan di Tanah Abang yang kini masuk ke dalam wilayah Jakarta Pusat untuk dijadikan kebun.
mengapa, jika diperhatikan, di kawasan Tanah Abang banyak nama jalan yang diawali dengan kata kebun, yang disesuaikan dengan identitas masa lalunya. Tanah Abang pada saat itu merupakan hamparan perkebunan mulai dari kacang, jahe, melati, nanas, sirih, hingga kebun sayur-mayur. Hingga pada akhirnya Vinck mendirikan Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Namun, setelah lima tahun pasar itu berdiri, tahun 1740 terjadi kerusuhan, Belanda membunuh orang-orang China, merampas harta benda mereka, dan membakar kebun-kebun merek.
No comments:
Write comments